Apa Itu Industry 4.0 ?

Revolusi industri pertama ditandai dengan penciptaan mesin uap dan mesin yang melakukan mekanisasi beberapa pekerjaan sekaligus. Dilanjutkan industri kedua dengan adanya listrik, jalur perakitan, dan kelahiran produksi massal. Era ketiga industri muncul dengan munculnya komputer dan awal otomatisasi, ketika robot dan mesin mulai menggantikan pekerja manusia di lini perakitan tersebut.

Dan sekarang kita memasuki Industry 4.0, di mana komputer dan otomasi akan bersatu dalam cara yang sama sekali baru, dengan robotik yang terhubung dari jarak jauh ke sistem komputer yang dilengkapi dengan algoritma pembelajaran mesin yang dapat mempelajari dan mengontrol robotika dengan sangat sedikit masukan dari operator manusia.

Industry 4.0 memperkenalkan apa yang disebut “pabrik pintar,” di mana sistem cyber-fisik memantau proses fisik pabrik dan membuat keputusan yang terdesentralisasi. Sistem fisik menjadi Internet of Things, berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain dan dengan manusia secara real time melalui web nirkabel.

Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Hal inilah yang disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution.

Untuk pabrik atau sistem yang dianggap Industri 4.0, itu harus mencakup:

  • Interoperabilitas – mesin, perangkat, sensor, dan orang-orang yang terhubung dan berkomunikasi satu sama lain.
  • Keterbukaan informasi – sistem membuat salinan virtual dunia fisik melalui data sensor untuk mengontekstualisasikan informasi.
  • Bantuan teknis – baik kemampuan sistem untuk mendukung manusia dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah dan kemampuan untuk membantu manusia dengan tugas yang terlalu sulit atau tidak aman bagi manusia.
  • Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi – kemampuan sistem cyber-fisik untuk membuat keputusan sederhana sendiri dan menjadi se-otonom mungkin.

Tetapi seperti halnya perubahan besar, ada tantangan yang melekat dalam mengadopsi model Industri 4.0:

  • Masalah keamanan data sangat meningkat dengan mengintegrasikan sistem baru dan lebih banyak akses ke sistem tersebut.
  • Tingkat keandalan dan stabilitas yang tinggi diperlukan untuk komunikasi cyber-fisik yang sukses yang dapat sulit dicapai dan dipelihara.
  • Mempertahankan integritas proses produksi dengan lebih sedikit pengawasan manusia bisa menjadi penghalang.
  • Hilangnya pekerjaan manusia selalu menjadi perhatian ketika otomatisasi baru diperkenalkan.
  • Dan menghindari masalah teknis yang dapat menyebabkan pemadaman produksi yang mahal selalu menjadi perhatian.
  • Selain itu, ada kurangnya pengalaman dan tenaga kerja sistem untuk membuat dan menerapkan sistem ini, belum lagi keengganan umum dari para pemangku kepentingan dan investor untuk berinvestasi dalam teknologi baru.

Tetapi manfaat dari model Industry 4.0 dapat lebih besar daripada kekhawatiran untuk banyak fasilitas produksi. Di lingkungan kerja yang sangat berbahaya, kesehatan dan keselamatan pekerja manusia dapat ditingkatkan secara dramatis. Rantai suplai dapat lebih siap dikendalikan ketika ada data di setiap tingkat proses manufaktur dan pengiriman. Kontrol komputer dapat menghasilkan produktivitas dan output yang jauh lebih dapat diandalkan dan konsisten. Dan hasil untuk banyak bisnis dapat meningkatkan pendapatan, pangsa pasar, dan laba.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan peluncuran peta jalan atau roadmap industri 4.0. Lewat peta jalan tersebut, pemerintah akan mendorong pembangunan industri manufaktur untuk bisa berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri generasi ke-empat atau 4.0.

Peta jalan itu akan menjadi tuntunan strategi pengembangan industri Indonesia dalam memasuki era digital yang sedang berjalan.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri nasional membutuhkan konektivitas serta interaksi melalui teknologi, informasi dan komunikasi yang terintegrasi dan dapat dimanfaatkan. Hal itu untuk bisa mencapai efisiensi dan peningkatan kualitas produk.

Roadmap yang dinamakan Making Indonesia 4.0 ini, kata Airlangga, bakal memberikan suatu arah yang jelas bagi pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan Iima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan.

“Penyusunan peta jalan ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, muIai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendldikan,” kata Airlangga di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Untuk penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada Iima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik.

“Sektor ini dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan Implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri Iain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar,” terangnya.

 

 

Apa Itu Industry 4.0
 

Share this

Related Posts